Instalasi Proxmox Virtual Environment

Halo semuanya,

Jadi di sini saya akan membagikan bagaimana cara untuk menginstalasi Proxmox. Jadi kita bahas secara singkat dulu nih, apa memangnya itu Proxmox?

Proxmox Virtual Environment (Proxmox VE) adalah sebuah platform virtualisasi open-source yang berbasis OS Debian Linux dan dirancang untuk memudahkan pengelolaan server virtual. Proxmox tidak hanya mendukung pembuatan dan pengelolaan mesin virtual, tetapi juga container. Sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan baik virtualisasi penuh maupun ringan. Proxmox sendiri menggabungkan dua teknologi utama, yaitu:

  1. KVM (Kernel-based Virtual Machine):
    Digunakan untuk virtualisasi penuh dan memungkinkan instalasi serta menjalankan OS apapun (Linux, Windows, BSD, dll) seolah-olah menggunakan hardware fisik. KVM sesuai untuk beban yang berat dan membutuhkan isolasi penuh serta dukungan hardware yang lengkap.

  2. LXC (Linux Container):
    Teknologi container yang lebih ringan dibandingkan dengan KVM. LXC membagi kernel Linux host dengan container sehingga penggunaan sumber daya (CPU, RAM, dan storage) lebih efisien. Teknologi ini cocok untuk aplikasi atau layanan berbasis Linux yang tidak membutuhkan virtualisasi penuh, misalnya web server, database kecil, atau aplikasi berbasis microservices.

Untuk lebih detailnya mungkin bisa dicari tahu lebih lanjut ya. Di sini kita akan berfokus ke cara instalasi Proxmox ini melalui perangkat masing-masing. Saya akan mencontohkan melalui lab saya yang sebenarnya dari Proxmox itu sendiri. Hanya saja itu dibuat oleh tim saya, jadi saya diberi tugas untuk menginstalasi Proxmox secara mandiri. Jadi pertama-tama kita akan download file ISO-nya terlebih dahulu (bisa juga langsung copy URL downloadnya) di website resmi Proxmox VE. Kita akan menggunakan versi stabil yang paling baru, versi 9, meskipun ada versi lainnya yang bisa disesuaikan.



Jika sudah terinstall, saya akan upload file ISO-nya ke dalam VM saya. Tergantung dari kalian jika ingin langsung menginstall lewat server atau lewat VM lainnya diperbolehkan. Kemudian langsung saja upload ISO-nya. Masuk ke bagian file-iso dan pilih bagian ISO Images di sebelah file-iso (di bawah CT Volumes).


Pada bagian dalam ISO Images akan ada menu Upload, klik bagian itu dan cari file ISO Proxmox VE yang telah kita download. Untuk bagian Hash algorithm, kita bisa pilih None karena kita menginstal secara langsung melalui web resmi Proxmox-nya.


Jika sudah selesai, kita bisa create VM-nya dengan klik bagian Create VM di bagian atas kanan.


Di sini kita bisa menambahkan nama dan beberapa hal yang mungkin bisa dilakukan sesuai kebutuhan. Seperti di atas, saya hanya mengisi bagian nama saja. Selebihnya saya biarkan default.


Untuk ke bagian OS, kita bisa pilih file ISO Proxmox yang kita upload tadi. Tidak usah utak-atik bagian lainnya.


Bagian ini sebenarnya bebas untuk menyeting apa saja jika diperlukan, tapi saya sendiri hanya mengaktifkan/mencentang bagian Qemu Agent. Fungsi-nya secara singkat untuk memudahkan pertukaran informasi antara Host dengan Guest VM. Jadi kita lanjutkan saja ke bagian Disks.


Pengaturan ini bisa disesuaikan sesuai kebutuhan masing-masing. Karena sebagai contoh, saya hanya akan memasukkan size sebesar 75 GB. Jika sudah yakin dengan ini, kita bisa lanjutkan ke bagian CPU dan Memory.


Bagian CPU saya menggunakan 1 socket dengan 4 core agar VM ini lebih kuat dalam menangani hal-hal yang diperlukan nantinya. Bagian Type bisa disesuaikan, ada banyak model seperti host, kvm32, kvm64, qemu32, qemu64, dll. Sebagai testing saya akan menggunakan host saja karena tidak perlu dikonfigurasi dengan sesuatu yang rumit.


Bagian memory, kita bisa sesuaikan ukurannya seberapa besar yang kita perlukan. Di sini saya memberikan ukuran sebesar 8 GB saja.


Network bisa disesuaikan kembali, namun karena saya tidak ingin repot, saya biarkan default seperti di atas. Jika sudah yakin, kita bisa Confirm VM tersebut dan menjalankan VM-nya.


Bagian ini kita bisa pilih yang kita inginkan, ada 2 pilihan antara Terminal ataupun Graphical. Kita akan menggunakan Graphical saja karena bisa dibilang lebih memudahkan dibanding CLI yang hanya full menggunakan syntax.


Bagian license ini kita bisa langsung Agree saja (barang kali ingin membaca juga tidak masalah).


Pada bagian ini kita akan menentukan partisi tempat kebutuhan sistem Proxmox disimpan. Kita bisa langsung Next sebenarnya, namun karena saya ingin mengalokasikan sekitar 30% saja untuk bagian sistem dan sisanya dibiarkan untuk storage, maka saya atur di sini.


Di sini akan ada menu Disk Setup dan akan ada pilihan hardisk-nya. Jika sebelumnya memasang dua hardisk, maka akan ada pilihan kedua, yaitu Hardisk 1. Namun karena saya hanya menggunakan 1 hardisk, yang muncul hanya Hardisk 0.


Nah, di sini adalah tempat kita untuk mengalokasikan storage-nya. Default filesystem biasanya ext4. Kita akan menggunakan ZFS (Zettabyte File System) yang biasanya digunakan jika terdapat hypervisor seperti KVM atau LXC, tapi ini bisa disesuaikan kondisi masing-masing. Pada bagian paling bawah itu size untuk sistem Proxmox-nya, karena saya ingin menggunakan 30% saja, saya memberi size sebanyak 25,5 GB.


Bagian ini kita bisa mengatur lokasi kita, negara, daerah, dan layout keyboard kita. Karena sudah otomatis di set seperti ini, langsung kita Next lagi.


Sampai di sini kita bisa memasukkan password yang ingin kita berikan dan email yang bebas kita isi ke dalamnya.


Tahap terakhir dari ini adalah pengaturan untuk network Proxmox. Kita bisa set interface-nya, hostname untuk GUI-nya, IP, gateway, dan DNS. Jika sudah, kita bisa klik Finish dan tunggu proses selesai.


Tampilan ini menunjukkan jika Proxmox VE sudah dapat digunakan. Bagian atasnya ada IP yang mengarahkan kita untuk menuju ke GUI dari Proxmox VE ini.


Inilah tampilan awal dari Proxmox-nya. Masih kosong karena baru dipasang, kita bisa menambahkan seperti file-iso untuk upload VM, dll.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

OpenNebula Itu Apa Sih? Kenapa Bisa Tercipta?

Membuat Router Melalui Mikrotik Pada Proxmox

How To Migrating VM Via NFS Storage